Kabupaten Kudus memiliki obyek dan daya tarik wisata (ODTW) yang cukup representatif
untuk dikunjungi oleh wisatawan nusantara (wisnus) atau domestik dan
wisatawan mancanegara (wisman). Obyek-obyek wisata utama di Kabupaten
Kudus adalah sebagai berikut :
Lokasi
Obyek
Wisata Menara Kudus terletak sekitar 1,5 Km ke arah barat dari pusat
kota Kudus (Alun-alun atau Simpang Tujuh); tepatnya di Kelurahan
Kauman Kecamatan Kota Kudus.
Ciri khas
Menara
Kudus merupakan bangunan monumental yang bernilai arkeologis dan
historis tinggi. Dari aspek arkeologis, Menara Kudus merupakan
bangunan kuno hasil akulturasi kebudayaan Hindu-Jawa dan Islam. Menara
Kudus dibangun oleh Syeh Ja’far Shodiq (Sunan Kudus, salah seorang
dari Wali Songo) pada tahun 1685 M yang disimbolkan dalam
candrasengkala “Gapuro rusak ewahing jagad” yang bermakna tahun Jawa
1609 atau 1685 M.
Bentuk
konstruksi dan gaya arsitektur Menara Kudus, yang tingginya sekitar
17 meter, mirip dengan candi-candi Jawa Timur era Majapahit –
Singosari (misalnya Candi Jago) dan juga menyerupai menara Kulkul di
Bali, sehingga Menara Kudus menjadi simbol “Islam Toleran”, dalam arti
Sunan Kudus menyebarluaskan agama Islam di Kudus dengan tetap
menghormati pemeluk agama Hindu-Jawa yang dianut masyarakat setempat.
Bentuk fisik Menara Kudus adalah tinggi dan ramping yang dibangun
dengan bahan batu-bata merah yang disusun dan dipasang bertumpukan
tanpa semen perekat.
Bangunan
Menara Kudus tidak dapat dipisahkan dengan Masjid Menara Kudus
(Masjid Al-Aqsho) dan Makam Sunan Kudus karena secara
geografis-fungsional ketiganya merupakan satu kesatuan yang inherent
dengan sejarah berdirinya Kota Kudus.
Obyek
Wisata Ziarah ini setiap hari sangat ramai dikunjungi peziarah dari
berbagai daerah, terutama pada moment Upacara “Buka Luwur”
(Penggantian kain kelambu penutup makam Sunan Kudus) yang dilaksanakan
setiap tanggal 10 Muharrom/Syuro. Peristiwa menarik dalam Upacara
Buka Luwur adalah ketika para pengunjung/peziarah berupaya memperoleh
nasi bungkus selamatan dan kain luwur bekas penutup makam yang konon
dipercaya dapat memberikan keberuntungan bagi yang memperolehnya.
Selain “Buka Luwur”, kawasan Menara Kudus juga menjadi pusat keramaian
pada saat “Dhandhangan” yaitu tradisi menyambut datangnya bulan
Romadlon / bulan Puasa.
Di
kawasan Menara Kudus, para pengunjung dapat menikmati makanan khas
Kudus, yaitu Soto Kudus dan Jenang Kudus. Sedangkan cinderamata khas
Kudus adalah Kain Bordir Kudus (busana muslimah, kerudung, kebaya,
dll.).
Fasilitas
Di
kawasan Menara Kudus tersedia lahan parkir, warung makan, kios
cinderamata dan makanan khas Kudus, warung telekomunikasi (wartel);
dan toilet/MCK yang dikelola masyarakat setempat.
2. Museum Kretek
Lokasi
Obyek
Wisata Museum Kretek terletak sekitar 3 Km ke arah selatan dari pusat
kota Kudus, tepatnya di Desa Getas Pejaten Kecamatan Jati Kudus.
Ciri khas
Museum
Kretek dibangun sebagai simbol kota Kudus sebagai Kota Kretek,
berdasarkan gagasan dari Gubernur Jawa Tengah pada saat itu, H.
Soepardjo Roestam dan diresmikan pembukaan pada tanggal 3 Oktober 1986
oleh Menteri dalam Negeri RI, H. Soepardjo Roestam. Tujuan
pembangunan Museum Kretek adalah untuk menyajikan benda-benda koleksi
yang berhubungan dengan perkembangan perusahaan rokok kretek sebagai
upaya meningkatkan nilai-nilai kewiraswastaan masa lalu dan masa kini
untuk diteruskan dan ditingkatkan pada masa mendatang. Dengan demikian
generasi muda pada saat ini dan mendatang diharapkan memiliki jiwa
kewiraswastaan yang tangguh.
Museum
Kretek merupakan tempat untuk merekonstruksi sejarah Rokok Kretek
Kudus dari era kejayaan Raja Rokok Kretek Kudus, Niti Semito, sampai
dengan perkembangan industri rokok Kudus era modern sekarang ini. Jadi
Museum Kretek memiliki fungsi sebagai sarana pendidikan, penelitian,
dan rekreasi.
Museum
Kretek menyimpan berbagai peralatan dan mesin-mesin tradisional
pembuatan rokok kretek dan rokok klobot serta sarana promosi rokok
pada masa itu. Selain itu, pengunjung juga dapat mengamati foto-foto
dokumentasi lintasan sejarah rokok kretek Kudus dan juga dapat
mengamati “diorama” yang menggambarkan : proses produksi tradisional
dengan tangan (tanpa alat bantu) dan produksi rokok giling tangan,
yang menghasilkan rokok kretek dan rokok klobot; dan proses produksi
rokok filter dengan mesin modern. Di samping itu ada Diorama yang
menggambarkan proses penanaman dan pengolahan bahan baku rokok kretek
(tembakau, cengkeh, dan klobot jagung).
Fasilitas
Di
kawasan Museum Kretek, tersedia lahan parkir, warung makan, taman
peristirahatan, warung telekomunikasi (wartel); dan MCK/toilet.
3. Rumah Adat Kudus
Lokasi
Rumah
Adat Kudus terletak di kompleks Museum Kretek dan juga terdapat di
sebelah selatan Menara Kudus serta di Puri Maerokoco Semarang
Ciri khas
Rumah
Adat Kudus, yang menurut kajian historis-arkeologis, telah ditemukan
pada tahun 1500 – an M, dibangun dengan bahan baku 95 % berupa kayu
jati (Tectona grandis) berkualitas tinggi dengan teknologi
pemasangan sistem “knoc-down” (bongkar pasang tanpa paku). Rumah Adat
Kudus merupakan salah satu rumah tradisional yang terjadi akibat
endapan suatu evolusi kebudayaan manusia, dan terbentuk karena
perkembangan daya cipta masyarakat pendukungnya. Proses akulturasi
arsitektur tradisional asli Kudus memakan waktu yang cukup panjang,
mengingat banyaknya kebudayaan asing (Hindu, Cina, Eropa, dan Persia /
Islam) yang masuk ke kawasan Kudus dengan waktu yang cukup panjang.
Upaya
pelestarian Rumah Adat Kudus sebagai warisan budaya bangsa dan
peninggalan sejarah telah dilakukan masyarakat Kudus dengan merelokasi
Rumah Adat Kudus yang dibuat pada tahun 1828 M di kompleks Museum
Kretek Kudus.
Rumah
Adat Kudus, dengan atapnya yang berbentuk “Joglo Pencu”, memiliki
kekhasan (keunikan) dibandingkan rumah-rumah adat yang lain di
Indonesia. Seni ukir Rumah Adat Kudus merupakan seni ukir 4 (empat)
dimensi dengan bentuk ukiran dan motif ragam hiasnya merupakan gaya
perpaduan seni ukir Hindu, Persia (Islam); Cina, dan Eropa, dengan
tetap ada nuansa ragam hias asli Indonesia. Keunikan Rumah Adat Kudus
yang juga cukup menarik untuk dicermati adalah kandungan nilai-nilai
filosofis yang direfleksikan rumah adat ini, misalnya :
Bentuk ukiran dan motif ragam hias ukiran, misalnya : pola kala dan
gajah penunggu, rangkaian bunga melati (sekar rinonce); motif ular
naga, buah nanas (sarang lebah); motif burung phoenix, dan lain-lain.
Tata letak rumah adat, misalnya arah hadap rumah harus ke selatan, dengan maksud agar pemilik rumah tidak memangku G. Muria (yang terletak di sebelah utara) sehingga tidak memperberat kehidupan sehari-hari.
·Tata ruang rumah adat, misalnya :
·jogo satru / ruang tamu dengan soko geder-nya / tiang tunggal sebagai simbol bahwa Allah SWT itu Tunggal/Esa dan penghuni rumah harus senantiasa beriman dan bertakwa kepada-Nya;
·gedhongan dan senthong / ruang keluarga dengan 4 buah soko guru-nya. Tiang berjumlah 4 sebagai penyangga utama bangunan rumah melambangkan agar penghuni rumah menyangga kehidupannya sehari-hari dengan mengendalikan 4 sifat manusia : amarah, lawamah, shofiyah, dan mutmainnah;
·pawon / dapur;
pakiwan (kamar mandi) sebagai simbol agar manusia membersihkan diri baik fisik maupun ruhani.
·Tanaman di sekeliling pakiwan, misalnya :
o pohon belimbing, yang melambangkan 5 rukun Islam.
o pandan wangi, sebagai simbol rejeki yang harum / halal dan baik.
o bunga melati, yang melambangkan keharuman, perilaku baik dan berbudi luhur, serta kesucian abadi.
Tata letak rumah adat, misalnya arah hadap rumah harus ke selatan, dengan maksud agar pemilik rumah tidak memangku G. Muria (yang terletak di sebelah utara) sehingga tidak memperberat kehidupan sehari-hari.
·Tata ruang rumah adat, misalnya :
·jogo satru / ruang tamu dengan soko geder-nya / tiang tunggal sebagai simbol bahwa Allah SWT itu Tunggal/Esa dan penghuni rumah harus senantiasa beriman dan bertakwa kepada-Nya;
·gedhongan dan senthong / ruang keluarga dengan 4 buah soko guru-nya. Tiang berjumlah 4 sebagai penyangga utama bangunan rumah melambangkan agar penghuni rumah menyangga kehidupannya sehari-hari dengan mengendalikan 4 sifat manusia : amarah, lawamah, shofiyah, dan mutmainnah;
·pawon / dapur;
pakiwan (kamar mandi) sebagai simbol agar manusia membersihkan diri baik fisik maupun ruhani.
·Tanaman di sekeliling pakiwan, misalnya :
o pohon belimbing, yang melambangkan 5 rukun Islam.
o pandan wangi, sebagai simbol rejeki yang harum / halal dan baik.
o bunga melati, yang melambangkan keharuman, perilaku baik dan berbudi luhur, serta kesucian abadi.
Kekhasan
(keunikan) Rumah Adat Kudus yang juga cukup menarik adalah tatacara
perawatan rumah adat yang dilakukan oleh masyarakat pemiliknya sendiri
dengan cara tradisional dan turun-temurun dari generasi ke generasi.
Jenis bahan dasar yang digunakan untuk perawatan Rumah Adat Kudus
merupakan ramuan yang diperoleh berdasarkan pengalaman empiris
pemiliknya, yaitu ramuan APT (Air pelepah pohon Pisang dan Tembakau)
dan ARC (Air Rendaman Cengkeh). Ramuan ini terbukti efisien dan
efektif mampu mengawetkan kayu jati, bahan dasar Rumah Adat Kudus,
dari serangan rayap (termite) dan sekaligus meningkatkan pamor dan
permukaan kayu menjadi lebih bersih, karena ramuan APT dan ARC dioleskan
berulang-ulang ke permukaan dan komponen-komponen bangunan kayu jati.
Fasilitas
Di
kawasan Rumah Adat Kudus, yang terletak di kompleks Museum Kretek, di
sebelah selatan Menara Kudus, dan di Puri Maerokoco Semarang,
tersedia lahan parkir, warung makan, kios cindera mata dan makanan
khas Kudus, warung telekomunikasi (wartel); dan toilet / MCK.
4. Tugu Identitas
Lokasi
Obyek
Wisata Tugu Identitas Kudus terletak di Desa Getas Pejaten Kecamatan
Jati Kudus, di sebelah kanan Jalan Raya Kudus – Semarang, sekitar 1 Km
ke arah selatan dari Alon-alon / Simpang Tujuh (pusat kota Kudus).
Lokasi tersebut mempunyai nilai historis karena lokasi Tugu Identitas
merupakan salah satu tempat pertempuran para pejuang Kudus dalam
merebut kemerdekaan.
Ciri khas
a. Bentuk dan Makna Tugu Identitas
- Tugu
Identitas Kudus merupakan monumen perjuangan rakyat Kudus dalam
merebut kemerdekaan RI. Tugu ini dibangun mulai tanggal 25 Mei
1986 dan peresmiannya dilakukan oleh Gubernur Jawa Tengah, H.
Ismail, pada tanggal 28 September 1987.
Bentuk keseluruhan Tugu Identitas Kudus merupakan stylisasi Menara Kudus, yang selama ini telah dinyatakan sebagai bentuk bangunan yang menjadi ciri khas daerah Kudus dan telah menjadi Lambang Daerah Kabupaten Kudus; - Seluruh Lis (Jawa : pelipit) yang ada pada bangunan Tugu Identitas melambangkan arti perjuangan merebut kemerdekaan RI tanggal 17 – 8 –1945 dan melambangkan arti falsafah serta pandangan hidup bangsa Indonesia, yaitu :
Lis di bagian atas tugu : 17 buah
- Lis di bagian tengah tugu : 8 buah
Lis di bagian bawah tugu : 45 buah
Lis di bagian atas badan bawah tugu : 5 buah - Lis di bagian bawah badan bawah tugu melambangkan kondisi geografis Kabupaten Kudus yang terdiri dari 3 bagian, yaitu : daerah pegunungan, daerah dataran rendah, dan daerah rawa.
Altar Tugu
Berbentuk
bulat mengelilingi dasar tugu melambangkan semangat dan kebulatan
tekad masyarakat Kudus dalam membangun daerah mencapai tujuan
terwujudnya cita-cita Proklamasi 17 – 8 – 1945 berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945.
b. Tinggi Tugu Identitas
Tinggi
Tugu Identitas adalah 27 meter, perpaduan angka 2 dan 7 yang
berjumlah 9 (sembilan); melambangkan Wali Songo (Wali Sembilan); yang 2
(dua) diantaranya berada di Kudus, yaitu Sunan Muria dan Sunan Kudus.
Fasilitas
Di
kawasan Tugu Identitas Kudus tersedia lahan parkir, warung makan,
kios cindera mata dan makanan khas Kudus, warung telekomunikasi
(wartel); dan toilet/ MCK.
5. Obyek Wisata Colo
Lokasi
Obyek
Wisata Colo Kudus terletak sekitar 18 Km ke arah utara dari pusat
kota Kudus, tepatnya di kawasan Pegunungan Muria, Desa Colo Kecamatan
Dawe Kudus.
Ciri khas
Pegunungan
Muria, dengan ketinggian ± 1.602 m dpl (di atas permukaan air laut);
merupakan kawasan dataran tinggi yang terdiri dari beberapa perbukitan
atau pegunungan, antara lain :
- Pegunungan Argo Jembangan
- Pegunungan Argo Piloso
- Pegunungan Rahtawu
- Perbukitan Pasar
- Perbukitan Ringgit
Di
Obyek Wisata Colo, pengunjung/wisatawan dapat menikmati panorama alam
pegunungan yang indah mempesona dengan udara yang bersih dan sejuk,
sehingga selain sebagai lokasi rekreasi dan tempat tujuan berziarah ke
Sunan Muria, Colo juga sering dimanfaatkan sebagai lokasi penyuluhan,
pembinaan, konvensi, diklat (pendidikan dan pelatihan); rapat-rapat
(raker, rakor, dll) yang termasuk kegiatan wisata MICE (Meeting,
Incentive, Convention, and Exhibition) yang diadakan di Convention
Hall Pesanggrahan Colo.
Di kawasan Obyek Wisata Colo terdapat beberapa tempat wisata yang menarik, yaitu :
- Air Terjun Monthel
Air
terjun dengan ketinggian ± 25 meter ini, dari Pesanggrahan Colo atau
dari Masjid dan Makam Sunan Muria, dapat dicapai dengan berjalan kaki
selama ± 30 menit menyusuri jalan setapak di tengah-tengah kebun kopi
sambil menikmati udara yang segar dan sejuk serta panorama alam
pegunungan yang asri dan indah, juga sambil menikmati alunan irama
musik alam dari bunyi gemericik air terjun yang jatuh di bebatuan yang
diselingi bunyi-bunyian satwa liar khas pegunungan dan kicauan
burung-burung. Di air terjun Monthel, pengunjung dapat mandi atau
bermain-main air menikmati sejuk dan segarnya air G. Muria.
- Makam Sunan Muria
Makam
Sunan Muria (Syeh R. Umar Sa’id, salah satu dari Wali Songo / Wali
Sembilan) menyatu dengan Masjid Sunan Muria terletak di salah satu
puncak G. Muria. Makam Sunan Muria dapat dicapai dengan berjalan kaki
melewati ± 700 trap/tangga/undak-undakan dari pintu gerbang di dekat
lokasi parkir mobil/bus; atau dapat juga dicapai dengan naik sepeda
motor ojek.
Makam Sunan Muria menjadi salah satu tujuan Wisata Ziarah. Makam ini sangat ramai dikunjungi peziarah yang berasal dari berbagai daerah, terutama pada saat Upacara “Buka Luwur” yang diselenggarakan setiap tanggal 6 Muharrom/Syuro. Dalam Upacara Buka Luwur ini, para peziarah berusaha mendapatkan “Luwur” (bekas kain penutup makam) yang konon dipercaya dapat membawa keberuntungan.
Makam Sunan Muria menjadi salah satu tujuan Wisata Ziarah. Makam ini sangat ramai dikunjungi peziarah yang berasal dari berbagai daerah, terutama pada saat Upacara “Buka Luwur” yang diselenggarakan setiap tanggal 6 Muharrom/Syuro. Dalam Upacara Buka Luwur ini, para peziarah berusaha mendapatkan “Luwur” (bekas kain penutup makam) yang konon dipercaya dapat membawa keberuntungan.
- Wisata Alam “Rejenu”
Kawasan Wisata Alam / Eko Wisata (Ecotourism)
“Rejenu”, dengan ketinggian ± 1.150 m dpl., terletak di Pegunungan
Argo Jembangan G. Muria, berjarak ± 3 Km dari Pesanggrahan Colo. Di
kawasan Eko Wisata “Rejenu”, pengunjung/wisatawan dapat menyaksikan
dan mengamati keanekaragaman hayati yang tumbuh alami, yakni berbagai
jenis tumbuhan pegunungan. Selain itu, dengan berjalan kaki menyusuri
jalan setapak, pengunjung juga dapat menikmati panorama alam
pegunungan yang menghijau segar karena dedaunan perkebunan kopi,
lebatnya tanaman pakis Muria, dan palem pegunungan. Merdunya suara
kicauan burung-burung dan bunyi-bunyian berbagai jenis satwa khas
pegunungan akan menambah daya pikat bagi pengunjung.
Di samping menikmati panorama alam pegunungan, pengunjung di kawasan Eko Wisata “Rejenu” juga dapat berkunjung ke obyek wisata lain yang berada di kawasan ini, antara lain :
Di samping menikmati panorama alam pegunungan, pengunjung di kawasan Eko Wisata “Rejenu” juga dapat berkunjung ke obyek wisata lain yang berada di kawasan ini, antara lain :
- Makam Syeh Sadzali
Menurut
masyarakat setempat, Syeh Sadzali adalah murid / santri Sunan Muria
yang sangat setia mendampingi dan membantu Sunan Muria dalam
menyebarluaskan agama Islam. Oleh karena itu nama harum Syeh Syadzali
senantiasa dihormati oleh masyarakat dan makamnya tidak pernah sepi
dari para peziarah.
- Sumber Air Tiga Rasa
Di
kawasan wisata “Rejenu” terdapat mata air / sumber air yang memiliki 3
rasa. Masyarakat setempat percaya bahwa ketiga jenis rasa air ini
mempunyai khasiat yang berbeda jika diminum.
- Sumber Air Pertama :
Mempunyai rasa tawar-tawar masam (Jawa : anyep-anyep asem/kecut) yang bekhasiat dapat mengobati berbagai penyakit.
- Sumber Air Kedua :
Mempunyai
rasa yang mirip dengan minuman ringan bersoda seperti “Sprite” yang
bekhasiat dapat menumbuhkan rasa percaya diri dalam menghadapi
berbagai permasalahan hidup.
- Sumber Air Ketiga :
mempunyai
rasa mirip minuman keras “tuak / arak” yang bekhasiat dapat
memperlancar rezeki jika bekerja keras untuk mendapatkannya.
Ketiga jenis air tersebut jika dicampur menjadi satu, rasanya menjadi air tawar.
- Air Terjun Gonggomino
Di
kawasan wisata “Rejenu” terdapat Air Terjun “Gonggomino” yang
merupakan air terjun kedua selain Air Terjun “Monthel”. Air Terjun
Gonggomino dapat dicapai dengan menyusuri sebuah sungai yang terdapat
di kawasan Rejenu.
- Bumi Perkemahan dan Wana Wisata “Kajar”
Obyek
wisata ini terletak di kawasan hutan pinus, berjarak ± 3 Km ke arah
selatan dari Obyek Wisata Colo, tepatnya di Desa Kajar Kecamatan Dawe
Kudus. Dengan ketinggian ± 600 m dpl, kawasan Kajar merupakan lokasi
yang tepat untuk kegiatan camping and hiking (perkemahan dan jelajah medan / lintas alam); baik bagi pelajar, pramuka, maupun remaja pada umumnya.
- Taqim Arts Studio
Studio,
sanggar dan gallery seni milik seniman Mustaqim ini terletak ± 0,5 Km
di sebelah utara dari Bumi Perkemahan dan Wana Wisata Kajar. Dalam
jangka panjang,Taqim Arts Studio berupaya melibatkan masyarakat Desa
Kajar untuk bersama-sama menjadikan Desa Kajar sebagai “Desa Seni”
.
Fasilitas
Di
kawasan wisata Colo tersedia berbagai fasilitas, yaitu : Pesanggrahan
Colo (sebagai tempat peristirahatan, penginapan, dan ruang berbagai
jenis pertemuan / convention hall); lahan parkir mobil dan bus,
musholla, warung makan, kios cindera mata dan makanan khas Colo, dan
MCK yang dikelola masyarakat setempat.
Di
kawasan wisata Colo, para pengunjung dapat menikmati makanan khas
Colo, yaitu Nasi Pecel Pakis – Ayam Bakar dan buah Parijoto. Sedangkan
cinderamata khas Colo adalah Tongkat Colo dan Kayu pengusir tikus.
6. Rahtawu
Lokasi
Obyek
Wisata Alam / Eko Wisata “Rahtawu” terletak di sebelah Barat
Pegunungan Muria ± 20 Km ke arah Barat Laut dari pusat kota Kudus
(Alon-alon / Simpang Tujuh); tepatnya di Desa Rahtawu Kecamatan Gebog
Kudus
Ciri khas
Di
kawasan Wisata Alam “Rahtawu”, dengan ketinggian ± 1.627 m dpl.
Pengunjung dapat menikmati panorama alam pegunungan yang asri dan
indah mempesona dengan udara yang bersih, segar dan sejuk. Di Rahtawu
terdapat banyak petilasan tokoh-tokoh dunia pewayangan, misalnya
petilasan Begawan Sakri, Pandu Dewonoto, Dewi Kunti, Jonggring Saloko,
Eyang Semar, Eyang Abiyoso, dll. Selain itu, para pelajar, remaja,
dan pemuda-pemudi yang berhobi pecinta alam (penjelajahan alam, hiking,
mendaki gunung, dll.) dapat menyusuri jalan setapak menjelajahi medan
pegunungan Rahtawu untuk menaklukkan Puncak “Songo Likur”
Fasilitas
Fasilitas yang tersedia di Obyek Wisata “Rahtawu” adalah homestay, warung makan, pramuwisata/guidelokal, dan MCK air alami pegunungan yang sejuk dan bersih.
7. Taman Krida Wisata
Lokasi
Obyek Wisata Taman Krida Wisata atau Kindergarten,
terletak di Kompleks Gedung Olah Raga (GOR) Wergu Wetan Kec. Kota
Kudus, dengan jarak ± 1,5 Km ke arah Timur dari pusat kota Kudus,
tepatnya di Kelurahan Wergu Wetan Kecamatan Kota Kudus.
Ciri khas
Taman
Krida Wisata merupakan taman rekreasi keluarga dengan suasana yang
asri, sejuk, dan teduh karena rimbun dan lebatnya dedaunan pepohonan
di taman ini. Taman rekreasi ini dilengkapi dengan berbagai patung
binatang yang menarik dan bersifat edukatif bagi anak-anak, antara
lain patung Dinosaurus, Kuda Nil, Gajah, Jerapah, Singa, Harimau, dan
Zebra. Selain itu, taman ini juga dilengkapi dengan Gedung Terbuka
yang representatif untuk berbagai event/kegiatan, misalnya :
seminar/sarasehan, pentas seni-budaya, lomba kreativitas remaja dan
pelajar, resepsi pernikahan, perpisahan sekolah, dll. Taman ini juga
sering dimanfaatkan sebagai lokasi Lomba Burung Berkicau. Pada bulan
Juli 2003, taman rekreasi ini dilengkapi dengan koleksi satwa berupa 5
( lima) ekor rusa yang berasal dari Istana Presiden RI di Kebun Raya
Bogor.
Fasilitas
Taman
Krida Wisata dilengkapi dengan berbagai fasilitas, yaitu : sarana
permainan anak-anak, lahan parkir, musholla, warung makan dan minum,
warung makanan khas Kudus (Lenthog) , shelter, dan toilet/MCK.